Kesadaran tentang Komunikasi antar Kawan


Saya masuk dalam ranah kesadaran kemarin malam. Saya yang tadinya percaya bahwa komunikasi yang saya lakukan kepada orang lain telah tepat, nyatanya tidak.

Kesadaran itu muncul dari obrolan ringan saya dan Kurnia. Selepas menonton video diskusi pendek Youtube oleh Fiersa Besari, saya berujar "Nah, kamu nonton terus kan kur. Dia seperti bercerita dalam video tersebut. Mengajak orang-orang agar masuk dalam video dan mencerna atau nyimpulin kalimatnya. Tidak terkesan menggurui"

"Benar" jawab Kurnia singkat dan mantap

Aku lupa detailnya, namun obrolan yang memancing kesadaran itupun muncul. "Gaya bicaramu loh di seperti menggurui" ujar Kurnia dengan memincingkan mata

Designed by studiogstock / Freepik
Sesuai dengan keyakinan diawal. Tentu saya akan melawan anggapan tersebut. Karena saya yakin, saya telah benar dalam hal komunikasi. Saya tak pernah menggurui, menceramahi dan sebagainya. Buktinya sekarang saya lebih sering menggunakan kata "kita" dalam setiap tulisan-tulisan yang saya buat atau dalam ranah berkomunikasi antar kawan. Menghindari kata "kamu" ,"kalian" dan lainnya yang memunculkan defend pada orang lain. Bukankah benar begitu?.

Pertanyaan itu saya jawab dengan sedikit kesal dengan tanda tanya "maksudnya?"

"ya kamu kalo ngomong seperti menggurui. Pasti dalam suatu kalimat ada aja penekanan yang kamu lakukan. Ada bold disana" ucapnya ragu-ragu takut saya marah.

Sejujurnya saya masih kurang mengerti dengan penjabarannya. Namun perlahan saya mengerti ketika ia mulai mempraktekkan gaya bicara saya

Dan memang memberikan penekanan-penekanan kata dalam komunikasi terlihat seperti seorang guru yang sedang memberikan informasi baru kepada anak didiknya. Tentu dalam ranah sekolah tak mengapa, namun dalam konteks komunikasi biasa ini bisa menjadi bentuk rasa penghinaan bagi si penerima pesan

Siapa yang suka digurui?, diceramahi? atau semacamnya. Tentu sekali lagi saya katakan, ini terlepas dalam konteks ceramah ustadz, guru disekolah atau dosen diperkuliahan. Kalo dalam ranah tersebut jamaah, siswa atau mahasiswa memang sengaja masuk kedalam wadah komunikasi karena ingin diberikan ilmu, makanya tidak ada masalah dalam hal digurui, diceramahi atau semacamnya.

Lah ini, komunikasi antar kawan atau sekedar berbagi informasi kepada kawan ndadak menggurui?. Emang saya siapa?. Gurukah?, Ustadzkah atau Dosenkah?. 

Orang-orang mempunyai ego yang tidak bisa diganggu gugat. Ketika menggugat, mereka juga akan melawan. Begitupun dengan saya.

****
Selain adanya penekanan-penekanan pada komunikasi saya. Kurnia juga menambahkan "kamu tahu enggak, ketika kamu selesai dalam memberikan informasi. Kamu cenderung bilang "paham enggak?", "tahu enggak?", "ngerti enggak?". Bukannya orang yang kamu ajak diskusi atau komunikasi senang dengan informasi yang diberi. Mereka malah cenderung defend atau antipati merasa diperlakukan seperti orang bodoh. Dianggap tidak memperhatikan atau gagal paham".

Saya setuju pertanyaan Kurnia. Namun lagaknya saya tak sadar dengan apa yang sering saya lakukan tersebut. 

Lalu saya bertanya kepada Kurnia "aku setuju dengan pendapat kamu nih. Cuman aku bingung. Tentu ketika si pemberi pesan ingin tahu dong, informasi yang disampaikan nyampe atau tidak. Maka itu aku secara tidak sadar bertanya seperti itu. Menurut kamu kalimat apa yang pas untuk mengganti kata itu?"

Ruangan jadi hening sebentar untuk berfikir. Lalu Kurnia berujar keras "kenapa enggak diganti dengan. Bagaimana menurutmu ?!"

Saya pecah dan saya setuju dengan pendapatnya.

Kemarin malam saya belajar banyak tentang komunikasi dalam obrolan. Terlihat simpel sih, tapi ini adalah kesalahan yang saya sering lakukan, jika tak saya perbaiki dari sekarang. Kapan lagi coba?. Semua orang tidak suka digurui, sayapun tentu begitu.

******

Dua poin penting yang didapatkan dari obrolan saya dengan Kurnia
1. Tidak perlu memberikan penekanan-penekanan dalam kalimat yang mana kita berusaha seolah memberi kuliah
2. Ganti kata "paham enggak?", "tahu enggak?", "ngerti enggak?" menjadi "menurut kamu bagaimana?"

Sebenarnya masih banyak yang ingin saya sampaikan. Seperti penggunaan kata kita, kalian, kamu, anda dan lain-lain secara tepat. Namun bagi saya sedikit atau pas lebih baik, daripada banyak lalu muntah.


Semoga infonya bermanfaat

Jurnal Adi.s



Komentar

Postingan Populer